Tausiyyah Ijtima’ Muharram Ulama Bogor: Jadilah Pencerah Umat dengan Menegakkan Islam dan Khilafah Islam
Majlis Darul Fikri (MDF) al-Islamy, Kemang, Parung – Bogor menggelar acara Jalsah ‘Ammah Ulama dan Muhibbin, pada ahad siang ba’da dzuhur (23/09).
Tema yang diangkat adalah: “Muharram Bulan Hijrah Menuju Islam Kaffah”
Acara yang dihadiri oleh lebih dari 30 Ulama, Tokoh Masyarakat dan Muhibbin dari Kemang, Ciseeng, Parung, Gunung Sindur dan Ciomas.
Meski tampak sederhana, namun sangat padat berisi ilmu, kental nuansa perjuangan diselingi seloroh dan humor segar.
Acara diawali dengan pembukaan dan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, dilanjutkan dengan kalimat taqdim oleh Pimpinan Majlis MDF, KH.Haris Iskandar.
Dalam sambutannya Kyai Haris menyampaikan tujuan diadakannya Jalsah ‘ammah ini, yang bersamaan dengan momentum tahun baru Islam Muharram 1440 H, diantaranya :
Pertama, menambah silah ukhuwah diantara para alim ulama.
“Dengan melihat fakta kondisi saat ini dengan masifnya politik _Devide et Impera_ (adu domba) pecah belah ulama oleh oknum individu, ormas maupun rezim penguasa. sasarannya tidak lain adalah ulama mukhlis yang merindukan kehidupan Islam dan yang menginginkan perubahan. Maka disinilah pentingnya memperkuat silah ukhuwah”. tutur Kyai Haris.
Kedua, saling mengenal lebih dekat antara ulama dengan para Muhibbin dan jam’ahnya. Ketiga, launching Forum Jalsah ‘Ammah. Bahwa jalsah ‘ammah ini bukan hanya diselenggarakan di MDF, namun nantinya akan diadakan rutin dua bulan sekali di tempat yang berbeda.
“Harapannya ke depan dengan forum Jalsah ‘Ammah ini, kita dapat memperkuat dukungan bagi tegaknya syariah dan khilafah Islamiyyah” tegas Kyai Haris.
Acara selanjutnya dilanjutkan dengan paparan testimoni dakwah oleh para ulama.
Testimoni Ulama pertama, Kyai Sarmili Yahya ( Pimpinan Majlis Riyadlul Mu’min Waru Jaya, Parung, Bogor)
Dengan nada penuh semangat beliau menegaskan pentingnya hijrah dan perubahan sistem.
“Hijrah artinya berpindah dari sistem zalim kepada sistem Allah. Di situ ada syariah Islam di situ ada kebaikan, bukan kebalikannya ”
Beliau pun melanjutkan, “Kenapa negara ini mau menerapkan hukum saja, eh malah studi bandingnya ke Eropa? Siapapun orangnya pintar atau tidak jika Allah sudah menyesatkan maka pasti tersesat. Bangkitnya manusia karena pemikirannya, terkait alam semesta, manusia dan kehidupan”.
Beliau pun menegaskan bahwa Hijrah itu untuk menegakkan hukum Allah.
“Ibarat bangunan rumah, sistem negara kita ini seperti rumah yang sudah mau roboh, maka harus segera diganti rumahnya (dengan sistem Islam). Hidup harus melawan arus, kalau ikut arus namanya bangkai” papar ulama yang akrab dipanggil Ki Sarmili.
Testimoni Ulama kedua, Ustad Pupu Syaripudin (MUI Desa Jabon – Parung)
“Kumpul kita semoga menjadi saksi dan pertanggungjawaban kita kelak di hadapan Allah. Semua orang-orang yang berkumpul di sini adalah orang-orang orang mulia. Sebab kita bukan hanya mendengarkan firman Allah, namun juga memperjuangkanNya” papar ustad Pupu mengawali testimoninya.
“Hari ini kita berada dalam sistem yang zalim. Banyak tersebar individu dan kelompok munafik, mengaku ulama tapi mengadu domba dan memecah belah umat. Pengalaman saya sebagai ketua MUI desa, ketika saya sampaikan Islam kaffah kepada teman-teman saya yang juga seorang ustadz, namun responnya malah menolak “.
Beliaupun mengingatkan jama’ah yang hadir bahwa 2019 adalah permainan politik.
“Maka jangan terkecoh, 2019 tetap memegang teguh Aqidah Islamiyyah”, tegas ustadz Pupu mengingatkan.
Testimoni Ulama Ketiga: Ustad H. Mirham Halimi (Pengurus MUI Ciseeng dan Pengurus Majlis Qobuliyah Ciseeng).
Ustad Mirham menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi saat ini bahwa agama tidak lagi menjadi perhatian, para kyai sudah banyak yang melenceng.
“Meski saya bawahan, tapi saya tidak sejalan dengan atasan (bos) saya. Nabi Ibrahim dengan ayahnya Azar masing-masing berlainan jalan dalam pilihan hidupnya”, papar ust Mirham.
Beliaupun menaruh kebanggaan dengan kelompok dakwah HTI.
“HTI selalu konsisten mengajak kepada Islam kaffah, saya berpendapat meski HTI jasadnya dirusak tapi ruhnya masih tetap hidup”, pungkasnya.
Beliaupun berharap agar penguasa yang zalim agar segera berganti.
Testimoni Ulama Keempat : Ustad Ir. Sukriyanto M.A (Dosen UMJ/ Universitas Muhammadiyah Jakarta)
Beliau menegaskan sebagai umat terbaik, umat Islam pernah membuktikannya pada awal hijrah nabi.
“Inilah hijrah yang hakiki, yakni hijrah lahiriah dan batiniah yaitu hijrah untuk menjadi umat yang terbaik guna menerapkan Islam secara kaffah” , paparnya.
Beliaupun menambahkan bahwa hijrah yang hakiki adalah hijrah dari darul kufur kepada darul Islam untuk menegakkan Islam secara kaffah.
“Hijrah inilah yang sebenarnya. Maka upaya hijrah ini yang saat ini sengaja ditutupi dan dilemahkan. Maka kita harus mempersiapkan diri untuk melakukan hijrah yang hakiki”
Beliaupun berpesan bahwa fakta hari ini kita masih dalam sistem yang rusak, jangan sampai kita lemah untuk memperjuangkan hijrah yang hakiki.
Selama masih diberi kesempatan hidup maka kita upayakan dan perjuangkan hijrah ini. Jika tidak maka itulah kelalaian yang menzalimi. Teruslah mujahadah dalam menegakkan syariah dan khilafah.
Testimoni Ulama Kelima : Ustad Adi Maretnas Harapan (Pimpinan SIT Insantama – Bogor)
Beliau menyampaikan kebanggaannya kepada para ulama yang hadir, “Selayaknya para ulama, masyayikh yang sudah dikaruniai umur panjang, memberi keteladanan tentang kehidupan. Namun saat ini para ulama banyak yang terjebak dalam kesesatan sistem jahiliah. Bukan malah mewarnai dengan kebaikan namun malah terwarnai dengan kejahatan.”
Ustad Adi juga menyampaikan terkait peristiwa hijrah sebagai momentum terbaik. Dengan mengutip Surat at-taubah ayat : 108. Bahwa Jika tidak ada hijrah maka tidak ada kemuliaan bagi umat Islam.
Dengan mengutip pendapat Ibnu Hajar Al-asqalani dalam kitab Fathul Bari, Ustad Adi menjelaskan empat poin penting peristiwa hijrah, antara lain:
1. Mengembalikan kemuliaan Islam
2. Dapat beribadah kepada Allah sepenuhnya dengan aman tanpa persekusi
3. Rasul mulai pembangunan masjid sesuai dengan fungsinya, bukan hanya untuk shalat.
4.Dimulainya azam untuk hijrah ke madinah.
Beliaupun menegaskan bahwa umat butuh hijrah sistemik.
“Saat ini umat membutuhkan Hijrah sistemik, dari sistem jahiliah kepada sistem Islami”, tutur Ustad Adi.
Testimoni ulama keenam: Ustad Dr. Ahmad Sastra, M.M (Dosen UIKA Bogor)
Beliau menyampaikan mengenai refleksi hijrah saat ini,
“Yang harus menjadi catatan penting bagi umat saat ini adalah menjalankan makna hijrah dalam konteks individu dan keumatan, yakni hijrah dari sistem demokrasi sekuler kepada sistem Islam dalam bingkai Daulah Islamiyyah”.
Ustad Ahmad juga mengingatkan realita hambatan dalam dakwah perspektif historis.
“Sejarah senantiasa berulang, proses hijrah dalam arti dakwah saat ini seringkali dipersekusi oleh individu yang benci terhadap Islam, kelompok hingga rezim penguasa”.
Beliaupun berpesan khususnya kepada intelektual muslim untuk sadar akan tanggung jawabnya menjadi penerang umat
“Banyak ulama dan kaum intelektual terjebak pemikiran sekuler maka dampaknya umat semakin jauh dari Islam. Sadarlah, jangan ciptakan kegelapan intelektual di tengah umat. Jadilah pencerah umat dengan menegakan Islam dan Daulah Islam serta membuang pemikiran sekularisme, liberalisme, pluralisme dan isme-isme yang lain”, papar ustad Ahmad mengingatkan.
Acara Jalsah ‘Ammah berakhir tepat berkumandangnya azan ashar. Selanjutnya ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Ki Sarmili Yahya dan dilanjutkan dengan shalat Ashar berjama’ah. Setelah shalat dilanjutkan dengan ramah tamah antara para ulama dan Muhibbin.[]