Ramadan Bulan Perjuangan Tablig Akbar Sambut Ramadan di Banjarmasin

Forum Silaturahmi Majelis Taklim Banjarmasin, menggelar Tablig Akbar Sambut Ramadan 1440 Hijriyah di Masjid Besar At-Taqwa Banjarmasin, Sabtu (27/4/2019) pagi, bertepatan dengan 21 Syakban 1440 Hijriyah. Menghadirkan penceramah dari Banten, yakni KH Yasin Muthohar, Mudir Ponpes Al Abqary.
Acara dibuka dengan lantunan ayat suci Alquran oleh qari Ust Hasanuddin SAg, membacakan surah Al Baqarah 183-185 dan Al Maidah ayat 54. Dilanjutkan dengan sambutan dari Ustaz Baihaki Al Munawar, pembina forum silaturahmi Majelis Taklim Banjarmasin.

“Baru lalu kita melihat menyaksikan dan mengikuti pesta demokrasi. Kecurangan, money politics dan berbagai macam keburukan dipertontonkan kepada kita. Mungkinkah keadilan kebenaran akan dimenangkan oleh demokrasi? Mungkinkah demokrasi menghasilkan kebaikan kepada umat Islam?” ujar Ustaz Baihaki bertanya kepada jamaah.

Menurutnya tidak mungkin. Hanya ilusi demokrasi mampu menegakkan kebenaran. Ia memberi contoh di Aljazair umat Islam memenangkan pemilu, tapi kemudian dikhianati. Di Mesir Presiden Morsi terpilih, tapi kemudian digulingkan oleh militer.

“Sekarang kita saksikan, berbagai kecurangan terjadi di negeri kita. Bukti bahwa demokrasi adalah alat untuk melemahkan umat Islam,” tambahnya.

Ustaz Baihaki pun mengingatkan pesan Sayyidina Umar bin Khattab, bahwa sesungguhnya kita umat Islam akan mulia dengan Islam.

“Kita harus yakin dengan apa yang dibawa Rasulullah Saw. Ketika beliau wafat, sahabat mengangkat Abu Bakar sebagai Khalifah. Kemudian digantikan oleh Sayyidina Umar, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib ra. Tidak ada kecurangan, money politics. Karena yang dipilih adalah yang paling bertakwa,” ujarnya.

Sementara itu, KH Yasin Muthohar, mengangkat soal fakta mahalnya pesta demokrasi yang menghabiskan anggaran sebesar Rp24.8 triliun.

Uang tersebut ujarnya, kalau memakai pecahan 10 ribu, jumlahnya 2 miliar 480 juta lembar. Kalau panjangnya diukur, melebihi jarak bumi ke bulan. Kalau tebalnya sama dengan jarak Pekanbaru ke Riau. Kalau luasnya diukur seluas Kota Bukittinggi.

“Uang ini habis begitu saja untuk pesta demokrasi yang sungguh sangat mengerikan. Sangat jijik kita melihatnya,” ujarnya.

Karena pemilu adalah puncak pesta dalam sebuah sistem demokrasi. Tapi ternyata pemilu ini malah penuh kecurangan dan kekotoran. Belum lagi pemimpin yang dihasilkan, apakah bermanfaat bagi umat Islam, masih dalam tanda tanya.

Kaitannya dengan Ramadan ujar KH Yasin Muthohar, Rasulullah bersabda, telah Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan yang agung.

“Kalau ada sesuatu yang datang kepada kita, membawa segudang kebaikan, maka kita sambut dengan senang hati,” ujarnya.

Ramadan ujarnya adalah momentum untuk melahirkan perkara yang agung. Perkara yang besar dalam hidup kita.

Maka dengan datangnya Ramadan, mudahan Ramadan tahun ini berbeda, penuh dengan makna. Maka itu tema Ramadan Bulan Perjuangan ujarnya sangat tepat.

“Ramadan bukan bulan tidur leha-leha. Tapi momen untuk meningkatkan kinerja, etos kerja,” ujarnya.

Ramadan Bulan Jihad

Dalam ceramahnya, KH Yasin Muthohar juga mengingatkan, bahwa para ulama menyebut Ramadan adalah bulan jihad. Ini sesuai dengan catatan sejarah kaum muslimin, sejak dimulainya kewajiban berpuasa pada tahun ke-2 Hijriyah di bulan Syakban.

“Perang Badar, perang pertama umat Islam terjadi di tahun tersebut, pada 17 Ramadan. Dengan izin Allah kaum muslimin diberikan kemenangan,” ujarnya.

Padahal saat itu umat Islam berperang ketika lapar. Kalah jumlah, 300 melawan 1000 pasukan Quraisy. Menurut ukuran manusia secara fisik bisa jadi lemah.

“Tetapi Allah ingin memberitahu kepada kita, bahwa kekuatan umat Islam bukan karena makan dan minum, harta, jumlah. Tapi pertolongan dari Allah,” jelasnya.

Kemudian pada Ramadan tahun ke-8 Hijriyah, Rasulullah memobilisasi 10 ribu pasukan untuk menaklukkan Kota Makkah. Ramadan tahun ke-15 Hijriyah kaum muslimin berperang menaklukkan Persia di Qadisiyah dengan pasukan yang dipimpin sahabat Saad bin Abi Waqqas.

Pada tahun awal Ramadan 114 Hijriyah, kaum muslimin juga menghadapi perang besar, Balat Syuhada di perbatasan Perancis. Ramadan 223 Hijriyah, penaklukan Kota Amuriyah dari Kekaisaran Bizantium. Perang Ain Jalut, Ramadan tahun 685 H, dimana umat Islam yang dipimpin oleh Syaifuddin Qutuz berhasil merebut kembali Palestina dan mengalahkan pasukan Tartar yang telah membunuh jutaan kaum muslimin.

“Berjuang ketika lapar, inilah hebatnya umat Islam. Karena kekuatan bukan fisik, tetapi iman yang menghunjam di dada, kekuatan ruhiyah dan bulan Ramadan adalah bulan yang sangat tepat untuk memupuk keimanan itu,” pesannya.

Kemenangan, Pertolongan dari Allah

Kemenangan umat Islan bukan karena lebih banyak, lebih hebat. Tapi karena pertolongan Allah. Dan jika Allah ingin menyatakan kalau sudah harus menang, maka akan dimenangkan oleh-Nya.

KH Yasin Muthohar pun menceritakan, bagaimana Nabi Musa waktu kecil dihanyutkan. Di puncak kelemahan, baru dilahirkan. Tapi dengan pertolongan Allah, selamat. Sebaliknya, Fir’aun, di puncak kekuatannya, justru celaka di tengah laut.

“Ini gambaran yang menyelamatkan bukan fisik. Bukan balatentara. Tapi Allah,” ujarnya.

Nabi Musa adalah orang yang direkayasa oleh Allah utk menumbangkan Fir’aun.

“Kalau sudah rekayasa Allah, maka rekayasa demokrasi, kapitalisme, komunisme akan kalah. Kita yakin umat Islam kalau dia bersama dengan Allah akan menang,” tambahnya.

Dan Ramadan adalah bulan efektif untuk menggalang kekuatan diri. Insya Allah akan ada bala bantuan. Ramadan adalah bulan untuk berdoa untuk kemenangan umat Islam.

“Ramadan nanti bukan sekadar tadarus tilawah, tapi bagaimana Quran bisa diterapkan dalam kehidupan,” ujarnya.

Dan hukum-hukum Alquran tidak bisa dijalankan kecuali ada institusi yang menegakkan, yakni Khilafah. Karena berbicara Alquran tidak bisa dipisahkan dari kekuasaan.

KH Yasin Muthohar pun menyampaikan riwayat ketika Ummu Salamah pernah bertanya kepada sahabat. “Wahai saudara-saudara, jika ada dua seruan, seruan kepada Alquran dan seruan kepada kekuasaan Allah, mana dari dua seruan itu yang akan kalian sambut?”. Para sahabat pun menjawab, “Kami akan sambut seruan kepada Kitabullah. Lalu apa kata Ummu Salamah, “Tidak. Sambutkah seruan kepada kekuasan karena Kitabullah mesti bersama kekuasaan Allah.”

“Ini perjuangan kita yang pertama di bulan Ramadan. Menegakkan hukum-hukum Allah,” ujar KH Yasin Muthohar.

Adapun perjuangan kedua ujarnya, adalah perjuangan menyelamatkan negeri-negeri kaum muslimin yang tertindas. Karena kondisi kaum muslimin hari ini terbalik. Jika dulu saat Ramadan umat Islam melakukan futuhat, sekarang justru diserang dan terjajah.

“Karena kaum muslimin lemah. Tidak memiliki junnah, benteng perisai,” ujarnya.

Kata junnah digunakan dalam hadis asshiyaamu junnatun. Puasa itu adalah benteng. Sebab puasa adalah benteng seseorang dari melakukan maksiat.

Kata ini juga digunakan dalam hadis, Innamal imam junnatun. Iman itu laksana perisai. Benteng kaum muslim.
“Hari ini umat Islam tidak memiliki perisai, benteng. Oleh karena itu, bulan Ramadan ini saatnya kita berbicara tentang pemerintahan Islam, tentang Khilafah,” pesan KH Yasin Muthohar. []

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *