Krisis Muslim Rohingya Jelas Merupakan Masalah Agama dan Ideologi Islam

Rohingya migrants sit on a boat drifting in Thai waters off the southern island of Koh Lipe in the Andaman sea on May 14, 2015. The boat crammed with scores of Rohingya migrants — including many young children — was found drifting in Thai waters on May 14, according to an AFP reporter at the scene, with passengers saying several people had died over the last few days. AFP PHOTO / Christophe ARCHAMBAULT (Photo credit should read CHRISTOPHE ARCHAMBAULT/AFP/Getty Images)
Bagi mereka yang berpandangan bahwa isu Rohingya di Myanmar bukanlah masalah agama atau jangan kaitkan dengan masalah agama, atau argumen lainnya… Berarti belum memahami pemikiran politik Islam juga fakta sejarah Rohingya
Ada dua bantahan yang ingin saya kemukakan di sini:
1. Tugas konstitusional negara dalam pandangan Islam adalah menjaga darah, harta, kehormatan warga negaranya, serta mempertahankan tanah Islam. Jadi masalah nyawa Muslim Rohingya yakni tertumpahnya darah Muslim adalah JELAS masalah Islam, masalah agama. Apalagi akar konflik Rohingya di Myanmar adalah UU kewarganegaraan Myanmar tahun 1982 yang tidak mengakui Rohingya sebagai warganegara! Ini jelas isu agama, rasial dan diskriminatif.
2. Masalah perebutan pengaruh kuasa adidaya, Geopolitik energi, akses sumberdaya alam di Rakhine state ; ini semua adalah juga masalah agama! Dalam pemikiran politik Islam tugas negara adalah menjaga independensinya dalam mengelola sumberdaya alam, mengurusi rakyatnya, dan memiliki kedaulatan politik dan ekonomi. Adalah terlarang bagi negara berkolaborasi dengan negara-negara kafir harbi fi’lan seperti China, Inggris dan AS apalagi sampai mengorbankan nyawa Muslim.
===
Namun apa dikata, realitasnya Myanmar memang bukan negara Islam, ia bahkan merebut tanah Islam yang kaya yakni Rakhine State berkoalisi dengan kekuatan kelompok Budha radikal dan dukungan junta militer di dalam negeri, lalu berkomplot dengan China di luar negeri, juga berselingkuh dengan korporasi Kapitalis untuk sumberdaya alamnya. Ya Myanmar dan seluruh konfigurasi kekuatan di belakangnya adalah negara penjajah yang harus dihadapi oleh kekuatan negara.
Hari ini pemikiran politik Islam memang teramat jauh (baca: sengaja dijauhkan bahkan dimonsterisasi) dari umat dan panggung dunia. Karena itulah umat selalu berada di bawah, diinjak-injak, dan selalu menjadi korban dari pertarungan Geopolitik, bahkan korban dari konstitusi negara (seperti kasus Rohingya).
Persis seperti gambaran hadits nabi : Rasulullah bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud)
Ya, saat ini Muslim Rohingya seperti hidangan yang disantap oleh kekuatan jahat berlapis. Ya, kejahatan berlapis. Karena Muslim Rohingya harus berhadapan dengan kejahatan konstitusi negara kafir Myanmar, dan kejahatan China, Barat, termasuk kejahatan korporasi Kapitalis! Hari ini, seharusnya wacana Khilafah semakin menemukan relevansinya untuk saudara2ku Rohingya.
Fika Komara (@muslimah_negarawan)