Inflasi Bangladesh yang melelahkan Tidak akan Berakhir tanpa Diterapkannya Sistem Moneter Berbasis Emas dan Perak di bawah Negara Khilafah

 Inflasi Bangladesh yang melelahkan Tidak akan Berakhir tanpa Diterapkannya Sistem Moneter Berbasis Emas dan Perak di bawah Negara Khilafah

Berita:

Gubernur Bank Bangladesh Abdur Rouf Talukder menyampaikan pengumuman tentang Pernyataan Kebijakan Moneter (MPS) baru untuk enam bulan pertama tahun fiskal mendatang (FY24) pada hari Minggu lalu. Bergeser dari pendekatan dengan target moneter yang sebelumnya dilakukan, kebijakan ekonomi baru ini ditetapkan terhadap tingkat suku bunga yang menargetkan kerangka kerja dengan mengikuti kebijakan moneter kontraktif. “Dalam kebijakan moneter baru, suku bunga kebijakan dinaikkan untuk mengurangi jumlah uang beredar sehingga pemerintah mengurangi pinjaman dari bank. Batas 9% atas bunga pinjaman juga telah dicabut. Langkah ini bertujuan untuk menaikkan biaya pinjaman, yang diperkirakan akan memiliki dampak terbatas pada inflasi indeks harga konsumen (CPI). Selain itu, Bangladesh Bank sekarang akan mengadopsi rezim nilai tukar tunggal yang terpadu dan digerakkan oleh pasar, yang memungkinkan nilai tukar antara mata uang Taka dan USD atau mata uang asing lainnya ditentukan oleh kekuatan pasar. Terakhir, Bangladesh Bank akan menghitung dan menerbitkan cadangan internasional bruto (GIR) sejalan dengan edisi keenam Pedoman Posisi Neraca Pembayaran dan Investasi Internasional (BPM6) IMF sambil melacak praktik penghitungan dan pelaporan total aset luar negeri saat ini, menurut catatan kebijakan moneter baru (Dhaka Tribune, 18 Juni 2023).

Komentar:

Meskipun tidak ada kebijakan moneter yang diumumkan oleh Bangladesh Bank di masa lalu yang dapat mengelola permasalahan inflasi dan nilai tukar Taka (Tk) yang bergejolak terhadap dolar, Sebagian ekonom dan analis Bank Dunia menyambut baik kebijakan moneter baru yang mengatakan dukungan kebijakan baru bank sentral diharapkan menjadi poros bagi pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Namun mereka buta terhadap fakta bahwa penyebab sebenarnya dari inflasi dan volatilitas nilai tukar adalah mata uang fiat. Bangladesh Bank menciptakan uang segar lebih dari Tk 500 miliar pada periode Juli-Desember lalu dengan alasan dukungan terhadap anggaran. Selain itu, pemerintah telah menggunakan Bangladesh Bank untuk mendapatkan pinjaman baru sebesar Tk 700 miliar pada tahun fiskal saat ini. Berdasarkan ketentuan perjanjian dengan IMF, pemerintah tidak dapat meminjam langsung dari Bank Bangladesh, yang pinjamannya praktis ditutupi dengan mencetak lebih banyak uang kertas (fiat). Hal ini secara signifikan menyebabkan tekanan inflasi dan telah mengikis daya beli masyarakat, yang telah berada di bawah tekanan berat akibat kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok, listrik dan gas. Dalam situasi ini, tidak ada solusi lain yang tersisa dalam kebijakan moneter kapitalis kecuali dengan cara menaikkan dan menurunkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Kebijakan kapitalis menaikkan dan menurunkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi ini telah berulang kali gagal. Jika suku bunga (ribawi) tinggi, maka akan memperlambat pertumbuhan ekonomi, karena masyarakat tidak sempat meminjam ke bank karena kenaikan suku bunga (ribawi). Jika suku bunga (ribawi) rendah, maka akan menyebabkan inflasi, akibat meningkatnya jumlah uang beredar di pasar karena permintaan pinjaman akibat suku bunga yang lebih rendah (ribawi). Dengan demikian, bank sentral jatuh ke dalam perangkap antara menaikkan dan menurunkan suku bunga yang hanya merupakan upaya yang gagal untuk mengekang inflasi. Di sisi lain, memperbaiki kurs dolar-Taka pada nilai tetap atau mengadopsi nilai tukar berbasis pasar tidak akan menyelesaikan Krisis mata uang Bangladesh. Kedua konsep ini adalah dua versi dari model moneter mata uang fiat yang sama, yang tidak memiliki nilai intrinsik.

Inflasi yang menghancurkan ini tidak dapat diberantas secara permanen dan stabilitas mata uang tidak dapat dicapai sampai kita membebaskan sistem moneter kita dari perbudakan sistem ekonomi kolonial dan menerapkan sistem moneter berbasis emas dan perak yang ditentukan oleh Syariah Islam. Khilafah hanya akan mengeluarkan mata uang yang didukung oleh emas dan perak, sehingga menghapus inflasi yang disebabkan oleh pencetakan mata uang fiat yang berlebihan terhadap aset dan komoditas. Sistem moneter berdasarkan emas dan perak akan menghentikan manipulasi nilai tukar dalam transaksi internasional. Nilai tukar yang stabil dari sistem moneter ini akan membawa risiko mata uang dalam perdagangan luar negeri menjadi nol, sehingga akan mendorong pertumbuhan perdagangan internasional dan mematahkan hegemoni dolar global secara permanen. Memang, adalah sangat memalukan bagi kita untuk menderita secara diam-diam dalam kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh sistem ekonomi kapitalis padahal Dien agung kita telah memberikan solusi nyata untuk mengatasi inflasi dan stabilitas mata uang. Kita harus bangun dan bekerja untuk membebaskan diri dari cengkeraman sistem kapitalis yang menindas ini dengan menegakkan kembali Khilafah yang dijanjikan yang berjalan di atas metode kenabian. Allah (Swt) berfirman,

[وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى]
‘Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” [TQS Taha 20:124].

Ditulis untuk Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir oleh
Sifat Newaz
Anggota Kantor Media HIzb ut Tahrir di Wilayah Bangladesh
=============
https://www.hizb-ut-tahrir.info/en/index.php/2017-01-28-14-59-33/news-comment/24791.html

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *