Al-Liwa’ Ar-Raya’ Bukan Bendera Radikalisme Tapi Milik Umat Islam

 Al-Liwa’ Ar-Raya’ Bukan Bendera Radikalisme Tapi Milik Umat Islam

Oleh: Mochamad Efendi (Pengamat dari el-Harokah Research Center)

Bendera Tauhid sudah mulai dikenal banyak orang, baik yang suka dan bangga mengibarkannya atau yang benci dan mengkriminalisasi. Bendera tauhid yang dulu sempat dilupakan umat, sekarang dikibarkan dimana-mana. HTI telah mengenalkan kembali bendera tauhid kepada umat. Banyak yang salah paham dan mengira bendera tauhid bendera HTI. Tidak benar, bendera tauhid, bendera Rasulullah milik umat Islam. Al-liwa’ dan ar-raya’ bukan  bendera negara tertentu apalagi ormas tertentu. Tapi bendera tauhid milik seluruh umat Islam. Menistakan bendera tauhid sama saja dengan menghina umat Islam.

Pakar hukum tata negara Mahfud MD berpendapat bendera tauhid bukan merupakan bendera kelompok radikal. Hal itu disampaikan Mahfud saat menjadi pembicara dalam Halaqah Alim Ulama di Solo, Sabtu, 31 Agustus 2019. (https://nasional.tempo.co/amp/1242454/mahfud-md-anggap-bendera-tauhid-bukan-bendera-radikal?view=ok&__twitter_impression=true).

Perubahan pemikiran datang dari tokoh nasional, tidak lagi benci dan alergi dengan bendera tauhid. Perlahan umat mulai menyadari  bahwa bendera tauhid adalah Islami, bukan bendera radikal. Namun, di lapangan masih saja aparat mengaitkan bendera tauhid dengan radikalisme. Mereka bereaksi cepat saat umat mengibarkannya meskipun dilakukan dengan damai tanpa kekerasan.

Sangat berbeda reaksi mereka saat melihat bendera kejora dikibarkan bahkan di depan Istana sekalipun. Reaksi sabar dan toleran ditunjukkan walaupun jelas bendera ini adalah simbol separatisme dan radikalisme yang ingin memisahkan diri dari negara kesatuan Indonesia.

Opini yang gencar di media sosial telah mempengaruhi pemahaman aparat dan sebagian umat. Mereka masih saja memusuhi bendera tauhid padahal tidak ada larangan hukum untuk mengibarkan bendera umat Islam apalagi dalam perayaan tahun baru Islam. Sungguh, tidak pantas dilakukan oleh aparat, polres Gresik, pada hari Minggu, 31 September 2019 menurunkan secara paksa bendera tauhid yang dibawa oleh peserta pawai dalam menyambut datangnya tahun baru Islam. Aparat yang harusnya menjaga dan melindungi umat dalam perayaan tahun baru Islam, malah menghadang dan menghalangi mereka yang ingin memeriahkan pergantian tahun hijriah. Arus deras Islamophobia telah mempengaruhi mereka untuk membenci Islam dan mengkaitkan simbol pemersatu umat Islam dengan radikalisme.

Dan tidak layak umat Islam takut dan merasa minder karena Islam adalah khoiru umat, umat terbaik. Umat Islam jangan mau dipecah belah sehingga akan menjadi lemah. Berbeda jika umat Islam bersatu, umat akan menjadi kuat. Bagaimana umat bisa kuat dan optimis dalam berislam secara kaffah?

Satu-satu cara adalah kembali pada al-Qur’an dan as-Sunah. Setiap ada permasalahan, umat harusnya mendekat pada Allah dan rasulNya. Al-Qur’an dan Ash-Sunah harusnya dijadikan solusi bersama umat Islam saat menghadapi masalah kehidupan. Umat akan kuat dan tidak mudah berselisih jika umat dekat dengan al-Qur’an dan ash-Sunah.

Faktanya, banyak umat tidak mau berislam secara kaffah padahal itu adalah perintah Allah. Sebagian umat lebih mengutamakan kelompoknya. Semangat nasioalisme mendorong mereka meninggalkan ajaran Islam dan melunturkan cinta mereka pada simbol-simbol Islam. Bahkan ada sebagian alergi dan takut dengan simbol-simbol Islam. Al-liwa’ dan ar-raya’, bendera rasullulah dikaitkan dengan radikalisme.

Bagaimana anak MAN harus diinvestigasi hanya karena mengibarkannya atau Enzo terancam dikeluarkan dari kesatuan TNI hanya karena ditemukan foto facebooknya sedang mengibarkan bendera tauhid. Begitu juga polres Gresik menurunkan simbol Islam ini saat dibawa dalam pawai memperingati tahun baru Islam. Sungguh, Islamophobia sudah menjangkiti sebagian umat Islam. Itu terjadi karena mereka tidak mengambil ajaran Islam secara kaffah. Bahkan nilai-nilai di luar Islam lebih mereka pegang erat dan junjung tinggi dari pada ajaran Islam yang diyakininya.

Namun umat Islam yang sadar pentingnya berislam kaffah tidak boleh lelah dan terus mengedukasi umat agar mereka sadar untuk kembali pada al-Qur’an dan ash-Sunah. Umat harus bangga dan mencintai simbol Islam yang mengikat kuat mereka dengan satu ikatan aqidah, kalimat tauhid. Umat Islam harus bangga berislam secara kaffah, karena kita adalah khoiru umat.[]

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *